Sambutan CEO Startup Company Comestoarra.com Saat Penandatanganan Naskah Kerja Sama Dengan Universitas Trisakti

Assalamualaikum wr. wb.
Syalom, Salve, Om Swastiastu, Namo Budaya, Salam Kebajikan, dan Salam TOSS untuk Indonesia.

Prosesi penandatangan naskah kerjasama dapat dilihat di https://www.youtube.com/watch?v=D_qip5Q36tU

Kepada Yth.
1. Kepala LLDIKTI Wilayah III
2. Rektor Universitas Trisakti
3. Komisaris utama dan komisaris startup company comestoarra.com
4. Rekan-rekan mahasiswa, akademisi, praktisi, dan guru besar Universitas Trisakti
5. Para hadirin, perwakilan dari kementerian, PT PLN (Persero), media, dan para sahabat khususnya:

Puji syukur saya haturkan kepada Allah SWT atas segala nikmat yang telah diberikan, sehingga saya bisa berada di sini untuk melakukan penandatanganan kerjasama dengan Universitas Trisakti di bidang penelitian, pendidikan, pengabdian masyarakat, serta implementasi dan pengembangan teknologi yang dimiliki oleh kedua belah pihak.

Karena kita berada di era digital dan media sosial, maka pertama – tama saya memohon kepada para hadirin untuk subscribe, like, dan share YouTube Universitas Trisakti dan comestoarra, serta media sosial lainnya.

Selanjutnya izinkan saya untuk memberikan sambutan dengan metoda bercerita:

Sejak saya memutuskan untuk menyudahi karir saya di salah satu perusahaan terbaik di indonesia, banyak yang mengatakan saya terlalu gegabah dan terlalu dini dalam mengambil keputusan. Banyak juga yang mengatakan bahwa saya tidak memikirkan masa depan, tidak bersyukur, bahkan ikut-ikutan menganut paham “keluar dari zona nyaman”. Apalagi saya merintis suatu perusahaan yang namanya saja susah untuk disebutkan. Ya, comestoarra.

Comestoarra sendiri lahir ketika saya ada di bangku SMA. Sebenarnya terilhami dari kalimat “it comes to arra”, alias datanglah ke ARRA. “AR” itu adalah Arief dan Rizki dan “RA” itu adalah Rizki dan Arief. Dua orang pendiri yang mempunyai mimpi dan cita cita tapi seringkali bertolak belakang. Namun hal tersebut justru membuat suatu harmonisasi yang membuat comestoarra dikenal dengan sejumlah inovasi hingga saat ini.

Sebagai sebuah brand, nama comestoarra sudah digunakan saat Saya membuat grup band, bisnis counter pulsa telepon seluler, bisnis di bidang wedding dan prewedding, hingga memutuskan membuat Perseroan Terbatas (PT) yang fokus pada bidang teknologi informasi dan komunikasi visual. Rizki yang memiliki passion di bidang teknologi informasi dan saya yang memiliki latar belakang jurnalistik serta supply-value chain management, membuat comestoarra menjadi suatu perusahaan skala UKM yang dipercaya menjadi mitra sejumlah perusahaan, baik skala nasional dan internasional karena mampu membuat value added service dan shared value bagi perusahaan tersebut. Comestoarra membuat produk teknologi informasi sesuai dengan kebutuhan yang mengacu pada proses bisnis dan supply-value chain management. Comestoarra juga membuat sajian komunikasi visual dengan teknik brainstorming, observasi, dan investigasi mendalam ala jurnalis. Pada saat itu, comestoarra cukup dikenal dan hampir mapan. Saya tekankan hampir mapan, sebelum keputusan untuk mencampuradukkan dunia teknologi informasi, komunikasi visual, dan energi serta ketenagalistrikan Saya lakukan. Karena telalu yakin, akhirnya comestoarra membuat aplikasi bernama KLISI atau kelistrikan indonesia. Aplikasi ini sebenarnya sudah diikutkan pada suatu ajang internasional yang digelar oleh Columbia University, Amerika Serikat. Sayangnya, karena bidang energi dan ketenagalistrikan di indonesia terlalu kompleks, dimana teknologi bukan satu satunya parameter untuk berinovasi, namun ditentukan aspek politik, ekonomi, sosial, hukum dan regulasi, serta lingkungan, maka akhirnya comestoarra bangkrut dan mati.

Di masa masa sulit tersebut, akhirnya orang tua saya menganjurkan saya untuk bertemu Bapak Supriadi Legino. Seorang akademisi dan praktisi di bidang human capital management, yang saat itu menjabat sebagai rektor di sebuah perguruan tinggi pertama dan terbesar yang fokus pada bidang energi dan ketenagalistrikan. Diterimalah saya menjadi asisten beliau dan belajar banyak hal. Bukan hanya kaitannya dengan aspek teknis tapi juga non teknis. Walaupun beliau adalah seorang engineer, beliau lebih mendepankan aspek non teknis untuk saya pelajari. Hingga akhirnya, beliau mempercayakan saya untuk mengembangkan suatu konsep bernama TOSS untuk Listrik Kerakyatan. TOSS adalah suatu gagasan pengelolaan sampah skala komunal menjadi bahan baku padat terbarukan (solid renewable fuel) yang bisa menunjang listrik kerakyatan (distributed power generation) dan akan berkontribusi besar pada program energi baru dan terbarukan di masa depan. Konsep ini sebetulnya telah beliau kaji saat menjadi direksi di suatu perusahaan listrik terbesar di Indonesia hingga mengambil doktor di universitas ternama di Amerika. Sayangnya, saat itu konsep ini masih dianggap “too good to be true”. Bahkan tak jarang dianggap hanya cocok di dalam tataran akademik (riset dan pengabdian masyarakat). Namun dengan background beliau yang merupakan praktisi sekaligus akademisi, keraguan itu perlahan-lahan mulai ditepis. Ketika banyak keraguan muncul, sering sekali beliau berucap “it seems to good to be true, but it may be true if you want to”. Kalimat yang mmebuat saya terkesima dan berupaya untuk mewujudkan mimpinya.

Singkat cerita, perjuangan saya dan Pak Supriadi membuahkan hasil. Cerita berawal dari Bali, dimana konsep ini diterapkan di Kabupaten Klungkung bekerjasama dengan PT Indonesia Power. Hasilnya, PT Indonesia Power mendapatkan proper emas yang pertama kalinya dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Bahkan PT Indonesia Power terus mempertahankan prestasi tersebut hingga saat ini. Selain itu Kabupaten Klungkung juga mendapatkan penghargaan dari Kementerian PAN dan RB sehingga membuat Kabupaten tersebut semakin dikenal dan dikunjungi oleh banyak pihak, baik dalam dan luar negeri. Yang paling membanggakan adalah, karena keberhasilan TOSS di Kabupaten Klungkung, maka lahir pula gagasan co-firing atau pencampuran batu bara dengan sampah yang saat ini menjadi program nasional.

Akhirnya berakhirlah tugas pak Supriadi sebagai rektor di perguruan tinggi tersebut. Selanjutnya, saya dan Pak Supriadi dipanggil oleh Dirjen EBTKE, Kementerian ESDM yang saat itu dijabat oleh Bapak Sutijastoto. Beliau mengharapkan agar gagasan TOSS ini terus dilanjutkan, namun mengarah kepada sisi komersil dengan menggunakan kendaraan startup company. Tanpa berpikir panjang, keluarlah nama comestoarra dari mulut Pak Supriadi. Dirjen EBTKE pun langsung memproses comestoarra sebagai anggota tim pelaksana kegiatan dalam rangka pelaksanaan kegiatan keteknikan dan lingkungan bioenergi berdasarkan keputusan Menteri ESDM.

Cerita baru dimulai. Comestoarra pun dihidupkan kembali. Agar lebih meyakinkan diri, sejumlah kompetisi saya ikuti, baik dalam maupun luar negeri. Siapa sangka, comestoarra yang dulu bangkrut karena keputusan saya yang ingin melangkah ke dunia energi, sekarang hidup lagi karena tangan dingin Pak Supriadi. Akhirnya cita cita saya untuk mengintegrasikan teknologi informasi, komunikasi visual, dan energi perlahan-lahan mulai terealisasi. Walaupun dalam perjalanannya, kata mapan masih harus “dicari” dan keterbatasan menjadi “makanan sehari hari”. Walaupun begitu, selama 3 tahun kami beraksi, teranyata kami sudah berkontribusi untuk negeri dan memikat sejumlah stakeholders dari luar negeri. Beberapa diantaranya adalah:
1. Pendanaan dari Kedutaan Selandia Baru untuk mendukung program Kami dalam menyebarluaskan energi kerakyatan di Kabupaten Ende;
2. Menjadi tim pendamping PT PLN (Persero) dalam melakukan serangkaian uji coba hingga komersialiasi co-firing di Kabupaten Ende;
3. Mengembangkan kompor biomassa sebagai pengganti minyak tanah dan kayu bakar;
4. Dipercaya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk membuat Detail Engineering Design TOSS / RDF Skala Komunal;
5. Hingga mendapatkan Australia Award, beasiswa dari Pemerintah Denmark, dan menjadi narasumber di sejumlah ajang nasional dan internasional.

Di tengah ketidakpasitan dunia saat ini, terlebih energi menjadi kata kunci untuk stabilitas ekonomi di tengah masyarakat, maka desentralisasi bisnis harus menjadi strategi agar tercipta ekonomi sirkuler yang berkelanjutan. Belum lagi kewajiban indonesia berperan dalam upaya penurunan emisi dan juga transisi energi. Yang paling realistis, menyelesaikan masalah sampah, karena setiap gas methan (CH4) yang terbentuk akibat penumpukan sampah akan berdampak 28 kali lebih besar daripada carbon dioxide (CO2). Penyelesaian sampah harus diikuti dengan pengolahannya. Dan sudah saatnya masyarakat dilibatkan dalam proses pengolahan tersebut. Produk dari pengolahan sampah adalah renewable fuel, yang bisa berkontribusi terhadap transisi energi dan penurunan penggunaan fossil fuel. Bukan hanya untuk co-firing di PLTU, tapi juga untuk menggantikan minyak tanah dan kayu bakar di seluruh wilayah terpencil dan kepulauan Indonesia. Dampaknya pasti akan berpengaruh pada penurunan subsidi yang dikeluarkan pemerintah. Saya sangat yakin akan hal itu. Kalau tidak percaya, mari Kita berhitung.

Atas dasar itulah, comestoarra sudah harus memiliki rumah. Dan rumah itu adalah Universitas Trisakti. Sebuah Universitas yang identik dengan gerakan reformasi. Sebuah Universitas yang memiliki akademisi dan praktisi dari banyak fakultas yang saya yakin mampu untuk menyempurnakan konsep kami. Bahkan saya yakin Universitas Trisakti bisa menjadi mitra Pemerintah, BUMN, Perusahaan Swasta, hingga seluruh stakeholders, baik dari dalam dan juga luar negeri, terlebih untuk menyolusikan isu-isu strategis yang saat ini sedang dihadapi. Bukan hanya sekedar solusi sampah dan energi, tapi juga solusi ekonomi, sosial, budaya, politik, kebijakan publik, dan lingkungan. Bukan hanya solusi masalah teknis, tapi juga non teknis.

Melalui sambutan ini, izinkan saya menghaturkan permohonan kepada seluruh mahasiswa, akademisi, praktisi, dan jajaran manajemen Universitas Trisakti untuk dapat berkontribusi dan berbakti, sekaligus menjadikan Universitas Trisakti sebagai salah satu rumah bagi kami untuk berkontribusi lebih maksimal untuk negeri. Demikian sambutan saya, mohon maaf bila ada kekurangan, mohon koreksi bila ada kesalahan, selanjutnya saya ingin mengucapkan salam hormat, salam TOSS Universitas Trisakti, dan mari kita wujudkan Trisakti comestoarra. Melalui kerjasama ini saya pun berharap bisa melanjutkan cita cita saya yang sudah 10 tahun tertunda, yaitu melanjutkan pendidikan S3, hingga menjadi profeor seperti Prof. Kadarsah.

Saya Arief Noerhidayat, CEO startup company comestoarra.com mengucapkan terimakasih. Sekali lagi jangan lupa subscribe, like, share YouTube Trisakti dan comestoarra serta media sosial lainnya. Karena subscribe, like, dan share itu gratis.

Wassalamualaikum wr. wb.