Memaknai Teknologi Tepat Guna

Defisini teknologi yang Saya pelajari dari sejumlah literatur adalah segala sesuatu ilmu dan keterampilan berbasis ide, kemudian diciptakan/dibuat dengan rumusan (kualitatif dan kuantitatif), diuji secara fungsinya, diuji pemanfaatannya kepada pengguna, dan dikembangkan agar semakin efektif dan efisien.

Mari kita kembali ke sejarah kehidupan manusia. Pada zaman purba, manusia menggunakan batu untuk memotong atau menombak hewan saat berburu mencari makan. Tujuannya adalah untuk bertahan hidup. Semakin lama batu tersebut dioptimalkan dalam wujud pisau. Pisau pun dikembangkan lagi fungsinya. Mulai untuk memotong sayur dan daging, untuk gergaji kayu, untuk memotong besi, dan lain sebagainya.

Hal lain yang menyangkut sejarah peradaban manusia adalah ilmu komunikasi. Awalnya, komunikasi antar manusia berawal dari simbol, baik verbal ataupun non verbal. Kemudian manusia semakin lama hidup berkelompok. Berkembanglah metoda komunikasinya. Selanjutnya kelompok kelompok yang dibuat semakin meluas, sehingga dibutuhkan pendekatan komunikasi massa. Medianya pun berkembang dari penulisan atau penggambaran simbol di batu atau penulisan di kertas yang terbuat dari helaian kulit kayu. Metoda penyampaiannya pun ikut menyesuaikan kebutuhan manusia. Dimulai dari penggunaan merpati untuk mengirimkan surat, munculnya telpon, pager, handphone, hingga internet yang menelurkan ribuan aplikasi komunikasi untuk kebutuhan personal, kelompok, atau massa. Tujuan dari pengembangan tersebut bukan ingin "menonjolkan" kecanggihan teknologinya. Tapi untuk berkomunikasi secara efektif, efisien,dan juga murah. Semuanya ditentukan oleh kebutuhan publik, bukan intervensi dari inventor teknologinya

Sama dengan konsep kompor biomassa dengan metoda top lit up draft gasification yang dikembangkan oleh startup company comestoarra.com. Teknologi ini awalnya dikembangkan pada perang dunia untuk menggerakkan mesin mobil/truk. Lalu sempat hilang karena fossil fuel semakin populer. Sepengetahuan Saya, hanya negara-negara scandinavin yang masih terus mengembangkan walau skala kecil. Diikuti india pada periode 90an hingga saat ini. Sekarang, startup company comestoarra.com mencoba mengembangkannya ke hal yang lebih mikro. kompor gasifikasi dengan material sampah biomassa. Idenya didasari atas gerakan transisi energi terbarukan di Indonesia dan dunia. Ide lain adalah realita yang ditemukan di lokasi kerja startup company comestoarra.com di kabupaten Ende dimana minyak tanah semakin langka dan mahal sehingga membuat masyarakat di wilayah terpencil dan kepulauan beralih ke penggunaan kayu bakar. Konon katanya, hal serupa juga dirasakan oleh masyarakat di daratan flores dan timor, NTT.

Menurut saya, zaman yang semakin canggih dan modern, justru memudarkan defisini teknologi yang saya pelajari. Banyak teknologi selalu dikomunikasikan dan diasosiasikan dengan "kecanggihannya". Padahal belum tentu canggih menurut suatu kelompok di suatu wilayah, sama dengan kelompok di suatu wilayah yang lain. Banyak sekali variablenya. Banyak pula barriernya. Sebagai contoh aspek budaya, sosial-kemasyarakatan, ekonomi, sumber daya manusia, termasuk kondisi geografis. Kaitannya dengann transisi energi, kenapa kita tidak belajar dari perkembangan ilmu komunikasi? Sebagai orang yang 5 tahun ini sering bekerja di wilayah terpencil dan kepulauan, teknologi untuk transisi energi, masih kalah dengan teknologi komunikasi. Apa buktinya? Sebagian besar masyarakat di pedesaan terpencil (saya tambahkan penekanan "sekali dan banget") sudah familiar dengan handphone dan aplikasi yang populer saat ini dibandingkan dengan teknologi di bidang energi baru dan terbarukan. Itu menurut saya. Mudah mudahan saya salah